Rabu, 02 Februari 2011

Ekspor Kerajinan Rotan Cirebon Gulung Tikar

Volume ekspor kerajinan rotan dari Kab. Cirebon makin merosot. Penurunan volume ekspor itu membuat ribuan buruh rotan terancam PHK massal (Pemutusan Hubungan Kerja) menjelang bulan ramadhan mendatang.

Data yang terdapat di Asmindo (Asosiasi Mebeleur Indonesia) Cabang Cirebon, hingga Minggu (10/8) menunjukkan, kemerosotan tiap bulannya dari semua produk berbagai olahan kerajinan rotan bisa mencapai 3.500 kontainer, dan kini maksimal 500 kontainer.
Menurut H. Sumartja, Ketua Asmindo cabang Cirebon, dari 308 industri rotan di Cirebon, 25% gulung tikar. Sisanya mencapai 75% dalam keadaan kolaps. "Volume ekspor tiap bulannya terus ambruk.. Akibatnya lebih dari 120.000 perajin rotan menganggur karena perusahaan gulung tikar," tutur dia.

Seiring merosotnya volume ekspor, terjadi juga ledakan pengangguran terparah dalam sepuluh tahun terakhir. Ledakan pengangguran terlihat dari suasana di kecamatan yang selama ini menjadi sentra kerajinan rotan seperti Plumbon, Sumber, Depok, Weru dan Plered. Bila sebelumnya hampir tiap rumah ramai dengan kegiatan warga membuat kerajinan rotan, kini telah berubah menjadi sepi.
Warga tak lagi bekerja karena tidak ada lagi order (pesanan) dari pabrik-pabrik pengolahan rotan. H. Sobur Koswara, tokoh masyarakat rotan, menuturkan, sebagian besar pabrik telah gulung tikar. "Pabrik gulung tikar, masyarakatnya jadi penganggur," tutur dia.
Sobur yang telah menggeluti rotan lebih dari 30 tahun menuturkan, kondisi sekarang yang terparah dan terburuk sepanjang sejarah rotan Cirebon. Bila dulu rotan Cirebon merupakan yang terbesar di dunia, kini tak lagi dilirik masyarakat rotan dunia.
"Rotan Cirebon sudah turun kelas. Dunia lebih melirik Cina dan Vietnam. Bila tidak ada perbaikan sampai ramadhan, yang gulung tikar makin bertambah, itu berarti PHK massal jadi ancaman," tutur dia.

Menperin Kecewakan Pengusaha Rotan
Sikap Menteri Perindustrian Fahmi Idris yang tidak lagi mempermasalahkan kebijakan ekspor rotan membuat pengusaha rotan di Kabupaten Cirebon kecewa. Pengusaha rotan putus asa, semula berharap Menperin mau memperjuangkan nasib industri rotan Cirebon yang terancam bangkrut, namun kenyataan sebaliknya.
"Semula harapan satu-satunya ke Pak Fahmi. Selama ini beliau mengkritisi kebijakan ekspor rotan. Sekarang berubah," tutur M. Hatta Sinatra, Ketua Umum AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia) pada para wartawan.
Sikap Fahmi Idris yang membuat putus asa pengusaha rotan menyangkut soal SK 12. Dia enggan mempermasalahkan SK, malah meminta industri rotan Cirebon lebih kreatif menghadapi tantangan berat.
"Kita harus introspeksi. Tidak mungkin kebijakan hanya menguntungkan masyarakat Cirebon sedang masyarakat penghasil rotan dirugikan. Pencabutan SK 12 itu jangka pendek, kita tidak mau yang pendek-pendek," tutur dia.
Menperin menuturkan, pemerintah mencari alternatif mengatasi terancam bubarnya industri rotan, di antaranya mendorong di daerah penghasil rotan di Kalimantan dan Sulawesi didirikan industri rotan seperti Cirebon.
Pemerintah juga mendirikan Pusat Desain Rotan Dunia di Cirebon. Pusat desain bisa jadi unggulan industri Cirebon dibanding industri rotan negara lain. "Kelemahan lain kenapa industri rotan Cirebon kalah saing karena desain. Karenanya, kita dirikan pusat desain rotan dunia," tuturnya.
Penjelasan Menteri Fahmi menambah keresahan pengusaha rotan. Ketua AMKRI, Hatta Sinatra menuturkan, pihaknya menginginkan SK 12 segera dicabut. "Solusi satu-satunya SK 12 mesti dicabut, ini kalau pemerintah memang mau menolong industri rotan dalam negeri," katanya.
Jika SK 12 tidak segera dicabut, kata Hatta, industri rotan akan tenggelam. "Mendirikan industri rotan di daerah penghasil itu makan waktu panjang. Sedang nasib industri rotan Cirebon sudah sangat kritis dan butuh penanganan segera," tambah Hatta.
Fahmi Idris melakukan kunjungan kerja ke Cirebon beberapa waktu silam. Dia mengunjungi sejumlah industri kerajinan rotan seperti HBM Rattan, Aida Rattan, Yamakawa Rattan, dan Khalim Rattan di sentra rotan Kecamatan Plumbon. Selain industri rotan, Fahmi juga mengunjungi kerajinan kulit kerang di Kedawung dan sentra batik di Trusmi, Kecamatan Plered.
Di HBM, Aida, Yamakawa, dan Khalim, Menperin menemui kenyataan industri rotan besar itu sudah sepi. Ekspor kerajinan rotan dari 4 perusahaan besar itu merosot drastis.

SK Menteri
Terpuruknya industri rotan Cirebon menurut Mahfudz Siddiq, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, akibat SK Menteri Perdagangan yang memperbolehkan ekspor bahan baku rotan dan rotan setengah jadi.
Dalam pertemuannya dengan para wartawan beberapa waktu silam, Mahfudz mengatakan SK Menteri Perdagangan No 12/M-DAG/Per/6/2005 tentang ketentuan ekspor rotan yang memperbolehkan ekspor bahan baku rotan dan rotan setengah jadi memang menguntungkan para petani rotan. Namun dari sisi perajin hal ini sangat merugikan, karena petani lebih suka mengirimkan barangnya ke luar negeri sehingga perajin sulit mendapatkan rotan mentah.


Menurut Mahfud, berdasarkan data, ekspor bahan baku rotan tertinggi adalah tujuan Cina. Karena Cina menjadi negara pengekspor kerajinan rotan dengan kulitas lebih baik yang membuat perajin rotan Indonesia semakin terpuruk.
"Hal ini dikhawatirkan malah mereka (Cina) menghasilkan kerajinan rotan dengan kualitas lebih baik sehingga semakin menyudutkan perajin rotan di Indonesia," ujarnya.
Atas dasar ini, Mahfudz mengharapkan agar Menteri Perdagangan segera mencabut SK tentang perijinan ekspor bahan baku rotan dan pemerintah tidak boleh tunduk pada pihak-pihak yang berkepentingan mencari keuntungan pribadi.

Indonesian Traditional Handicraft
Pendidikan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar